Tambang Pasir: Kiamat Bagi Dunia Pertanian Sulawesi Barat

Tambang pasir, kiamat bagi pertanian dan ekologi Sulbar
ktnasulbar.com, Opini– Tambang pasir Sulawesi Barat menjadi ancaman serius terhadap kelangsungan pertanian warga di daerah ini.
Indonesia mengenal Sulawesi Barat sebagai wilayah agraris dengan kekayaan alam melimpah, kini menghadapi ancaman serius terhadap masa depan pertaniannya.
Tambang pasir, yang menjamur di berbagai wilayah seperti Mamuju, Majene, dan Polman, mulai menunjukkan dampak destruktif yang tak bisa lagi diabaikan.
Jika pemerintah tak segera menangani, aktivitas tambang pasir bisa menjadi kiamat bagi dunia pertanian daerah ini.
Eksploitasi Tambang Pasir yang Tak Terkendali
Tambang pasir di Sulawesi Barat, terutama di daerah bantaran sungai dan pesisir pantai, semakin marak dengan dalih pembangunan infrastruktur.
Sayangnya, kegiatan ini sering dilakukan secara ilegal atau tanpa kajian lingkungan yang memadai.
Alat berat mengeruk pasir secara masif, menyebabkan kerusakan permanen pada ekosistem sungai dan lahan di sekitarnya.
Dampaknya terhadap Lahan Pertanian
Kerusakan paling nyata terlihat pada lahan pertanian. Endapan pasir yang terbawa hingga ke area persawahan menyebabkan kesuburan tanah menurun drastis.
Irigasi terganggu akibat pendangkalan sungai, dan beberapa jaringan air pertanian bahkan rusak total.
Di beberapa desa, petani mengaku mengalami gagal panen berturut-turut karena air tak lagi mengalir dengan lancar.
Krisis Air dan Lingkungan
Selain merusak lahan, tambang pasir memperparah krisis air di musim kemarau.
Sungai-sungai yang dulu menjadi sumber kehidupan kini berubah menjadi alur kering penuh kerikil.
Hal ini tidak hanya merugikan petani, tapi juga masyarakat luas yang bergantung pada air sungai untuk kebutuhan sehari-hari.
Hilangnya Mata Pencaharian
Pertanian adalah tulang punggung ekonomi sebagian besar warga di Sulawesi Barat.
Dengan rusaknya lahan dan terganggunya sistem irigasi, ribuan petani kehilangan mata pencaharian.
Ironisnya, keuntungan tambang pasir hanya dinikmati segelintir orang, sementara kerugian ditanggung oleh masyarakat luas.
Lemahnya Pengawasan dan Regulasi
Salah satu penyebab utama maraknya tambang pasir adalah lemahnya pengawasan pemerintah daerah.
Meski ada aturan yang melarang penambangan tanpa izin, praktik ilegal tetap berlangsung karena minimnya penegakan hukum.
Banyak tambang yang beroperasi tanpa izin resmi atau dengan memanipulasi dokumen AMDAL.
Menuju Solusi: Pertanian atau Tambang?
Sulawesi Barat harus memilih: melindungi sektor pertanian yang berkelanjutan atau mengejar keuntungan jangka pendek dari tambang pasir.
Pemerintah, masyarakat sipil, dan akademisi harus bersatu menuntut regulasi yang lebih ketat, penegakan hukum yang tegas, serta upaya rehabilitasi lahan dan sungai yang rusak.
Kesimpulan
Jika tambang pasir terus dibiarkan merajalela, bukan tidak mungkin Sulawesi Barat akan kehilangan identitasnya sebagai wilayah agraris.
Saat ini adalah waktu yang tepat untuk bertindak, sebelum kita benar-benar menyaksikan “kiamat” dunia pertanian di tanah Mandar.