Kembali ke Pertanian dan Perkebunan: Sebuah Keniscayaan

Kembali ke Pertanian dan Perkebunan (Foto: Dreamina)
ktnasulbar.com, Polewali Mandar- Seruan kembali kepertanian dan perkebunan, menggema di tengah gegap gempita era digital dan industrialisasi yang pesat.
Hal ini terjadi karena banyak orang mulai melupakan akar kehidupan yang sesungguhnya: tanah dan hasil alam.
Padahal, pertanian dan perkebunan adalah fondasi utama peradaban manusia sejak zaman dahulu.
Kini, di tengah krisis pangan global, kerusakan lingkungan, dan urbanisasi yang tak terkendali, kembali ke pertanian dan perkebunan bukan sekadar pilihan—tetapi menjadi kebutuhan mendesak.
Pentingnya Kembali pada Pertanian dan Perkebunan
- Ketahanan Pangan: Pilar Kemandirian Bangsa
Krisis pangan yang melanda berbagai belahan dunia menegaskan bahwa kemandirian pangan adalah hal yang tak bisa ditawar.
Bergantung pada impor pangan sangat rentan terhadap fluktuasi harga global dan gangguan pasokan akibat konflik atau bencana.
Dengan memperkuat sektor pertanian dan perkebunan lokal, bangsa ini dapat menjamin ketersediaan makanan bergizi dan terjangkau bagi seluruh rakyatnya.
- Peluang Ekonomi Berbasis Desa
Pertanian dan perkebunan mampu membuka lapangan kerja luas di pedesaan.
Di era ketika pengangguran meningkat dan urbanisasi menimbulkan berbagai persoalan sosial, sektor ini bisa menjadi solusi untuk menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi antara desa dan kota.
Pemberdayaan petani, pemanfaatan teknologi pertanian modern, dan diversifikasi produk hasil bumi dapat mendorong munculnya wirausaha-wirausaha muda di bidang agribisnis.
- Menjawab Tantangan Perubahan Iklim
Pertanian ramah lingkungan dan sistem agroforestry (penggabungan pertanian dan kehutanan) telah terbukti mampu menyerap emisi karbon dan menjaga keseimbangan ekosistem.
Mengembangkan pertanian organik dan metode tanam berkelanjutan juga menjadi cara nyata menghadapi dampak perubahan iklim, seperti gagal panen, kekeringan, dan banjir.
- Menghidupkan Kembali Nilai-Nilai Kearifan Lokal
Kembali ke pertanian dan perkebunan juga berarti merawat warisan budaya dan kearifan lokal yang menjadi warisan leluhur kita.
Di banyak daerah di Indonesia, praktik pertanian tradisional tidak hanya menjamin keberlanjutan ekosistem, tetapi juga memperkuat solidaritas sosial.
Gotong royong dan siklus tanam panen yang teratur, serta relasi harmonis antara manusia dan alam adalah nilai-nilai yang makin langka di dunia modern.
- Integrasi Teknologi untuk Kemajuan Sektor Hijau
Era sekarang bukan berarti meninggalkan kemajuan teknologi.
Sebaliknya, pertanian dan perkebunan justru bisa menjadi ladang inovasi: dari pertanian presisi, penggunaan drone dan sensor tanah, hingga pemasaran digital produk lokal.
Teknologi bisa menjadi mitra petani dan pekebun untuk meningkatkan hasil produksi, efisiensi, dan daya saing di pasar nasional maupun global.
Kesimpulan
Pertanian dan perkebunan merupakan sumber kekuatan bangsa yang sejati, dan bukanlah simbol keterbelakangan.
Di era sekarang, kita justru perlu kembali menyentuh tanah, menanam harapan, dan menuai masa depan.
Kembali ke pertanian bukan berarti mundur ke masa lalu, melainkan melangkah maju dengan akar yang kuat dan visi yang berkelanjutan.
Saatnya menjadikan tanah air bukan hanya slogan, tetapi kenyataan—dengan mencintai dan mengolah tanah sebagai sumber kehidupan.(**)
Penulis opini: Bang Zul