Panen Sayur di Kebun Kabag Pemerintahan Mamasa: Siap Dukung Jambore PAR GTM

Persiapan panen sayur jenis sawi pakcoy tengah dilakukan secara intensif di kebun milik Kepala Bagian Pemerintahan Kabupaten Mamasa, Lewi, S.Pd,M.Pd,MM
ktnasulbar.com, Mamasa – Persiapan panen sayur jenis sawi pakcoy tengah dilakukan secara intensif di kebun milik Kepala Bagian Pemerintahan Kabupaten Mamasa, Lewi.
Kebun yang berlokasi di Kecamatan Sumarorong ini menjadi sorotan karena tidak hanya menghasilkan komoditas berkualitas.
Akan tetapi lahan pertanian ini juga turut mengambil bagian dalam menyukseskan kegiatan besar tingkat gereja.
Ya, GTM akan menggelar kegiatan Jambore PAR GTM di Tabone, Mamasa pada 30 Juni hingga 6 Juli 2025.
Masyarakat umum sudah mengenal tanah pertanian di Sumarorong merupakan salah satu wilayah Mamasa yang memiliki tingkat kesuburan yang tinggi.
Lewi kemudian memanfaatkan potensi ini dengan maksimal, dengan menanam berbagai jenis sayuran, termasuk pakcoy.
Hal ini untuk memenuhi kebutuhan pangan sekaligus menjadi contoh nyata bahwa sektor pertanian tetap menjanjikan.
Kegiatan panen ini bukan sekadar rutinitas pertanian, melainkan bagian dari kontribusi nyata untuk mendukung logistik konsumsi peserta Jambore PAR GTM.
Kegiatan Jambore PAR GTM ini akan menerima peserta yang datang dari berbagai wilayah.
Dengan demikian, Lewi menunjukkan bahwa kolaborasi antara aparatur pemerintahan dan kegiatan keagamaan dapat bersinergi dalam membangun kemandirian pangan lokal, tanpa harus bergantung pada suplai dari luar daerah.
“Persiapan ini bukan hanya soal menyediakan sayur untuk acara jambore, tapi juga sebagai bentuk ajakan kepada generasi muda Mamasa agar kembali mencintai dan menekuni dunia pertanian,” ujar Lewi di sela-sela aktivitasnya di kebun.
Ia menegaskan bahwa sektor pertanian, jika dikelola dengan serius dan modern, dapat menjadi sumber penghidupan yang layak bahkan membanggakan.
Selain itu, kebun ini juga menjadi tempat belajar bagi masyarakat sekitar.

Lewi kerap mengajak anak muda untuk melihat langsung proses bercocok tanam, mulai dari pembibitan hingga panen.
Dengan pendekatan yang edukatif dan inspiratif, ia berharap bisa menumbuhkan kembali semangat bertani di kalangan generasi muda.
Di mana, beberapa waktu belakangan ini, banyak pemuda yang mulai berpaling ke sektor lain dan meninggalkan lahan-lahan pertanian yang sebenarnya potensial.
Tidak hanya itu, Lewi juga ingin memperluas lahan tanam dan mengembangkan kebun organik yang lebih ramah lingkungan.
Ia mengungkapkan bahwa pertanian modern bukan hanya soal hasil panen yang melimpah, tetapi juga bagaimana menjaga kelestarian tanah dan ekosistem di sekitarnya.
Oleh karena itu, menggunakan pupuk alami dan pola tanam berkelanjutan menjadi prinsip utama dalam mengelola kebun miliknya.
Dengan kontribusi nyata dari tokoh pemerintahan seperti Lewi, harapan akan kebangkitan sektor pertanian di Mamasa semakin terbuka lebar.
Jika semangat ini terus ditularkan ke kalangan pemuda, hingga suatu saat para pemuda kembali beramai-ramai menggeluti dunia pertanian.
Mungkin dunia akan kembali mengenal Mamasa sebagai daerah penghasil sayuran berkualitas di Sulawesi Barat.
Panen pakcoy kali ini, selain membuktikan keberhasilan bertani, juga menjadi simbol sinergi antara ketahanan pangan lokal dan kegiatan keagamaan.
Dua kegiatan yang sama-sama mempunyai peran penting bagi membangun daerah secara holistik.(**)